Halaman

Jumat, 14 Maret 2014

OBAT DAN TERATOGENIKNYA BAGI KEHAMILAN




Plasenta pada dasarnya merupakan sawar lemak antara sirkulasi ibu dan sirkulasi janin. Obat melintasi plasenta dengan cara difusi pasif. Obat berberat molekul rendah yang tidak terionisasi dan mudah larut dalam lemak akan lebih cepat melintasi plasenta daripada obat yang lebih polar. Meskipun demikian dalam waktu tertentu kebanyakan obat akan mencapai konsentrasi yang kira-kira sama dikedua sisi plasenta. contohnya setelah pemberian dosis tunggal indometasin rasio konsentrasi plasma di tali pusat di sisi ibu adalah 0,5:1 dalam 2 jam tetapi menjadi 1:1 dalam 5 jam.
Teratogenisitas beberapa obat yang biasa digunakan secara singkat diuraikan disini.
Antibiotic
Pinisilin dan sefalospirin tidak terbukti teratogenik. Untuk obat anti tuberculosis, etambutol dan isoniazid mempunyai catatan keamanan yang baik. Streptomosin menyebabkan ketulian. Rimfampisin yang menyebabkan kecacatan tabung saraf dan celah wajah pada tikus, dikaitkan dengan angka kelainan janin manusia 2 hingga 3x lipat lebih tinggi dari pada etambutol atau isoniazid. Etinomid telah dikaitkan dengan eksomfalos dan eksensefali dan hendaknya dihindari.
Obat Psikotropika
Benzodiazepine telah dituduh menimbulkan celah mulut, meskipun teratogenitasnya dibantah. Antidepresan trisiklik dan fenotiazin tidak dikaitkan pada kelainan pada janin.
Litium yang digunakan untuk mengobati gangguan afek, dihubungkan dengan peninggian ensidensi kelainan janin. Data awal memperlihatkan bahwa obat ini paling sering mempengaruhi system kardiovaskuler dilaporkan dengan koarktasio, paten duktus arteriosus, dan atresia tricuspid mitral. Anomaly Ebstein yang jarang terjadi, yakni katup tricuspid mengalami distorsi dan berpindah tempat, terjadi pada sepertiga bayi yang dipengaruhi oleh litium, dan telah dikutip telah adanya resiko relative antara 400 dan 500. Penelitian yang lebih baru selalu memperlihatkan resiko yang lebih rendah.
Antikoagulan
Antikoagulan telah dikenal sebagai teratogen selama beberapa tahun dan telah dihubungkan dengan 3 jenis kelainan utama. Pertama, angka aborsi meningkat sampai 50%, yang menimbulkan angka kematian keseluruhan hampir 25%. Kedua, antikoagulan bisa menyebabkan suatu embriopati yang telah dikenal dengan baik, yang mencakup pemendekan dan bercak-bercak (kondrodisplasia punktata) tulang dan hiplasia hidung. Kedua kelainan ini lebih sering terjadi, meskipun tidak selalu pada terapi trimester pertama. Incidental tercatat beraneka ragam dan bisa sampai 25%.
Heparin boleh diberikan pada kehamilan untuk profilaksis dan terapi thrombosis vena. Heparin berberat molekul rendah mempunyai keuntungan praktis dibandingkan dengan prparat konvensional. Kedua jenis heparin tersebut tidak melewati plasenta.
Antikejang
Satu dari 250 neonatus telah terpajan in utero terhadap obat anti kejang, dan telah ditemukan insiden malformasi 2x hingga 4x lipat antara bayi yang lahir dari ibu penderita epilepsy. Primidon dan fenobarbital kemungkinan bersifat teratogenik kalau digabung dengan fenitoin, meskipun fakta akan teratogenitasnya kalau digunakan sendiri tidak kuat. Keduanya telah dihubungkan dengan cacat sumbing dan cacat jantung.
Natrium valproat, yang diperkenalkan sebagi obat alternative yang bermanfaat untuk antikonvulsan lain, tampaknya suatu teratogen yang penting dan sangat mungkin menimbulkan cacat tabung saraf. Karbamazepin juga merupakan suatu teratogen yang penting yang dapat menimbulkan cacat tabung saraf dan cacat kardivaskular.
Untuk mencegah cacat tabung saraf berulang, para wanita yang menerima obat anti kejang sangat dianjurkan untuk minum  suplemen folat dalam masa perikonsepsi. Tindakan ini menurunkan insiden cacat tabung saraf berulang pada wanita yang tidak memiliki  factor resiko lain.
Obat Imunosupresif
Kehamilan pada wanita yang telah mengalami transplantasi ginjal dan yang telah minum obat-obatan seperti azatioprin dan prednisolon menjadi semakin sering. Penelitian pada pasien colitis ulseratif dan penyakit Crohn memperlihatkan sedikit fakta bahwa obat-obatan ini bersifat teratogenis pada manusia.
Preparat Dermatologis
Diperkenalkannya retinoid sebagai agen yang efektif untuk jerawat yang parah, suatu kondisi yang mengenai wanita pada usia reproduktif, telah menimbulkan suatuspektrum baru tertogenesis. Efek teratogenesis terlihat pada 25% bayi yang lahir dari ibu yang minum retinoid, dan banyak lagi yang terserang retardasi mental.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar