Plasenta pada
dasarnya merupakan sawar lemak antara sirkulasi ibu dan sirkulasi janin. Obat
melintasi plasenta dengan cara difusi pasif. Obat berberat molekul rendah yang
tidak terionisasi dan mudah larut dalam lemak akan lebih cepat melintasi
plasenta daripada obat yang lebih polar. Meskipun demikian dalam waktu tertentu
kebanyakan obat akan mencapai konsentrasi yang kira-kira sama dikedua sisi
plasenta. contohnya setelah pemberian dosis tunggal indometasin rasio konsentrasi
plasma di tali pusat di sisi ibu adalah 0,5:1 dalam 2 jam tetapi menjadi 1:1
dalam 5 jam.
Teratogenisitas
beberapa obat yang biasa digunakan secara singkat diuraikan disini.
Antibiotic
Pinisilin dan
sefalospirin tidak terbukti teratogenik. Untuk obat anti tuberculosis,
etambutol dan isoniazid mempunyai catatan keamanan yang baik. Streptomosin
menyebabkan ketulian. Rimfampisin yang menyebabkan kecacatan tabung saraf dan
celah wajah pada tikus, dikaitkan dengan angka kelainan janin manusia 2 hingga
3x lipat lebih tinggi dari pada etambutol atau isoniazid. Etinomid telah
dikaitkan dengan eksomfalos dan eksensefali dan hendaknya dihindari.
Obat
Psikotropika
Benzodiazepine
telah dituduh menimbulkan celah mulut, meskipun teratogenitasnya dibantah.
Antidepresan trisiklik dan fenotiazin tidak dikaitkan pada kelainan pada janin.
Litium yang
digunakan untuk mengobati gangguan afek, dihubungkan dengan peninggian
ensidensi kelainan janin. Data awal memperlihatkan bahwa obat ini paling sering
mempengaruhi system kardiovaskuler dilaporkan dengan koarktasio, paten duktus
arteriosus, dan atresia tricuspid mitral. Anomaly Ebstein yang jarang terjadi,
yakni katup tricuspid mengalami distorsi dan berpindah tempat, terjadi pada
sepertiga bayi yang dipengaruhi oleh litium, dan telah dikutip telah adanya
resiko relative antara 400 dan 500. Penelitian yang lebih baru selalu
memperlihatkan resiko yang lebih rendah.
Antikoagulan
Antikoagulan
telah dikenal sebagai teratogen selama beberapa tahun dan telah dihubungkan
dengan 3 jenis kelainan utama. Pertama, angka aborsi meningkat sampai 50%, yang
menimbulkan angka kematian keseluruhan hampir 25%. Kedua, antikoagulan bisa
menyebabkan suatu embriopati yang telah dikenal dengan baik, yang mencakup
pemendekan dan bercak-bercak (kondrodisplasia punktata) tulang dan hiplasia
hidung. Kedua kelainan ini lebih sering terjadi, meskipun tidak selalu pada
terapi trimester pertama. Incidental tercatat beraneka ragam dan bisa sampai
25%.
Heparin boleh
diberikan pada kehamilan untuk profilaksis dan terapi thrombosis vena. Heparin
berberat molekul rendah mempunyai keuntungan praktis dibandingkan dengan
prparat konvensional. Kedua jenis heparin tersebut tidak melewati plasenta.
Antikejang
Satu dari 250
neonatus telah terpajan in utero terhadap obat anti kejang, dan telah ditemukan
insiden malformasi 2x hingga 4x lipat antara bayi yang lahir dari ibu penderita
epilepsy. Primidon dan fenobarbital kemungkinan bersifat teratogenik kalau
digabung dengan fenitoin, meskipun fakta akan teratogenitasnya kalau digunakan
sendiri tidak kuat. Keduanya telah dihubungkan dengan cacat sumbing dan cacat
jantung.
Natrium
valproat, yang diperkenalkan sebagi obat alternative yang bermanfaat untuk
antikonvulsan lain, tampaknya suatu teratogen yang penting dan sangat mungkin
menimbulkan cacat tabung saraf. Karbamazepin juga merupakan suatu teratogen
yang penting yang dapat menimbulkan cacat tabung saraf dan cacat kardivaskular.
Untuk mencegah
cacat tabung saraf berulang, para wanita yang menerima obat anti kejang sangat
dianjurkan untuk minum suplemen folat
dalam masa perikonsepsi. Tindakan ini menurunkan insiden cacat tabung saraf
berulang pada wanita yang tidak memiliki
factor resiko lain.
Obat
Imunosupresif
Kehamilan pada
wanita yang telah mengalami transplantasi ginjal dan yang telah minum
obat-obatan seperti azatioprin dan prednisolon menjadi semakin sering.
Penelitian pada pasien colitis ulseratif dan penyakit Crohn memperlihatkan
sedikit fakta bahwa obat-obatan ini bersifat teratogenis pada manusia.
Preparat Dermatologis
Diperkenalkannya
retinoid sebagai agen yang efektif untuk jerawat yang parah, suatu kondisi yang
mengenai wanita pada usia reproduktif, telah menimbulkan suatuspektrum baru
tertogenesis. Efek teratogenesis terlihat pada 25% bayi yang lahir dari ibu yang
minum retinoid, dan banyak lagi yang terserang retardasi mental.